Home / Berita Ekonomi Bisnis / Sri Mulyani & Menkeu Se-ASEAN Susun Strategi Hadapi Trump

Sri Mulyani & Menkeu Se-ASEAN Susun Strategi Hadapi Trump

Menkeu Sri Mulyani melaporkan APBN hingga 28 Februari 2025 defisit Rp 31,2 triliun. Realisasi itu setara dengan 0,13% kepada Produk Domestik Bruto (PDB).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.Foto: Andhika Prasetia

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menghadiri pertemuan dengan para Menkeu negara ASEAN. Mereka membahas dampak kebijakan ekonomi proteksionis Presiden AS Donald Trump. Forum ini digelar dalam rangka ASEAN Finance Ministers Retreat yang dipimpin oleh Malaysia.

Topik utama diskusi adalah kebijakan tarif resiprokal yang mulai diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap lebih dari 60 negara mitra dagang, termasuk negara-negara ASEAN. Trump menilai negara-negara tersebut mendapatkan keuntungan tidak adil dari pasar AS dan memicu ketidakseimbangan perdagangan. Hal ini menimbulkan keprihatinan global, terutama di kawasan Asia Tenggara yang sangat bergantung pada keterbukaan pasar internasional.

“Retreat Menteri Keuangan ini secara khusus membahas respons terhadap kebijakan resiprokal yang mulai diterapkan AS. Ini bukan hanya berdampak pada arus perdagangan global, tapi juga pada fondasi sistem perdagangan dunia yang selama ini berbasis aturan,” tulis Sri Mulyani dalam unggahan di akun Instagram pribadinya @smindrawati, dikutip Jumat (11/4/2025).

Baca juga: China Serang Balik! Naikkan Tarif Impor Produk AS Kaprikornus 125%

Guncangan Global dan Potensi Resesi

Sri Mulyani menekankan bahwa kebijakan tarif resiprokal ini telah meruntuhkan sistem perdagangan global yang selama ini dibangun atas dasar kerja sama multilateral. Sistem tersebut, yang dirancang pasca-Perang Dunia II oleh lembaga seperti World Trade Organization (WTO) dan Bretton Woods Institutions, kini tengah diguncang oleh pendekatan unilateral dari Gedung Putih.

“Ironisnya, sistem yang sedang dihantam ini justru merupakan inisiatif AS sendiri untuk menciptakan kemakmuran bersama. Namun kini mereka merasa sistem itu justru merugikan, karena mendorong relokasi industri dan menambah pengangguran dalam negeri mereka,” ungkapnya.

Sebagai respons, negara-negara besar seperti China juga telah memberlakukan retaliasi berupa tarif tandingan. Aksi saling balas ini menimbulkan ketegangan global yang semakin dalam. China bahkan sudah menaikkan tarif impor produk AS hingga 125%, dan Amerika membalas lagi dengan menaikkan tarif tambahan di sektor lainnya. Ketegangan ini menciptakan ketidakpastian luar biasa bagi ekonomi dunia.

ASEAN Solid: Satukan Langkah Hadapi Tantangan

Dalam pertemuan tersebut, seluruh Menteri Keuangan ASEAN menyampaikan kondisi ekonomi terbaru di negaranya masing-masing, termasuk langkah mitigasi yang telah diambil untuk meredam dampak negatif kebijakan AS. ASEAN sebagai blok ekonomi dengan total PDB mencapai US$ 3 triliun dan populasi lebih dari 650 juta jiwa, menegaskan potensi kawasan ini untuk memperkuat kerja sama regional.

“Kami menyepakati pentingnya mempertahankan sinergi dan solidaritas ekonomi regional di tengah tantangan eksternal yang semakin kompleks,” ujar Sri Mulyani.

Indonesia sendiri terus mendorong ketahanan ekonomi melalui kebijakan deregulasi, penghapusan hambatan perdagangan dan investasi, serta diplomasi aktif dalam menjaga kepentingan nasional. Langkah ini juga sejalan dengan mandat konstitusi Indonesia untuk ikut serta menciptakan perdamaian dan keadilan sosial global.

Baca juga: Trump Belum Puas Hajar China! Kini Patok Tarif Impor 145%

Arahan Presiden dan Strategi Merah Putih

Dalam penutup pernyataannya, Sri Mulyani menegaskan bahwa tim ekonomi Kabinet Merah Putih telah mendapat arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto untuk menyusun berbagai langkah strategis menghadapi dinamika global ini.

“Kami diminta untuk merumuskan kebijakan yang adaptif, menjaga daya saing nasional, dan tetap berperan aktif dalam perundingan global untuk melindungi kepentingan ekonomi rakyat Indonesia,” tegasnya.

Dengan situasi ekonomi global yang tak menentu dan kebijakan perdagangan yang semakin agresif dari negara-negara besar, ASEAN kini tidak hanya dituntut untuk tangguh, tetapi juga harus kompak dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan ekonomi kawasan.

Related Posts

Tagged:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *